APA ITU ZAT WARNA NAFTOL?


Mungkin kita pernah melihat selayang pandang di pinggir jalan atau di gang rumah sebuah papan iklan bertuliskan “Terima Celup Naftol” atau “Sedia Zat Warna Naftol” atau sejenisnya yang berkaitan dengan naftol. Apa sebenarnya zat warna naftol tersebut? Itu pertanyaan yang akan diulas pasa kesempatan ini.

Zat warna naftol adalah nama salah satu jenis zat warna untuk mewarnai bahan tekstil jadi jelas bukan untuk pewarna makanan, bersifat sintetis atau zat warna yang dibuat hasil reaksi kimia tertentu. Untuk penjelasan lebih lanjut ada 2 komponen utama pada zat warna naftol yang harus difahami:

1. Komponen Naftol
Komponen atau senyawa ini berfungsi sebagai zat yang berikatan dengan serat / bahan tekstil. Senyawa naftol merupakan zat sintetis yang tidak larut dalam air sehingga agar dapat larut, serbuk naftol perlu dilarutkan dengan NaOH (Natrium hidroksida) dimana larutan yang terbentuk disebut naftolat. Daya serat naftolat dengan bahantekstil relative rendah sehingga untuk membantu penyerapan dengan bahan biasanya ditambakan sejenis elektrolit misalnya garam daput (NaCl).

2. Komponen Garam Diazonium
Komponen ini merupakan senyawa pembawa warna pada zat warna naftol. Ketika naftolat sudah berikatan dengan bahan selanjutnya garam diazonium dilarukan dan akan berikatan dengan naftolat sehingga terbentuklah warna. Karena itulah zat warna ini erkadang disebut juga ingrain colorant, ini karena warna dari zat warna ini terlihat ketika dibentuk ketika di dalam bahan. Proses pembangkitan warna ini disebut juga proses diazotasi. Setelah warna muncul, bahan harus dibilas untuk menghilangkan sisa zat kimia yang ada pada permukaan bahan.

Hasil pencelupan zat warna naftol dengan warna cerah dan bisa dibentuk gradasi dengan variasi warna pada garam diazonium yang digunakan

Begitulah sekilas mengenai zat warna naftol yang mana diambil dari salah satu nama komponen naftol. Untuk penggunaan, zat warna ini memang lebih banyak digunakan di industri tekstil skala kecil dan relatif jarang digunakan untuk industri skala besar, ini karena kesulitan dalam mengontrol kualitas warna yang dihasilkan.

Tinggalkan Balasan